TEMPO Interaktif, Jakarta - Siapa yang tak tergoda asinan Bogor dengan taburan kerupuk merah atau gado-gado dengan kerupuk kuningnya. Dua makanan ini biasanya banyak dikonsumsi karena dikenal lezat. Tapi, tak banyak yang menyadari ada bahaya terkandung di dalamnya.
“Kerupuk ini diwarnai dengan warna tekstil atau cat, bukan pewarna makanan yang aman. Bahaya sekali, sebaiknya jangan dikonsumsi,” ujar Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Sri Kustantinah, di sela-sela diskusi tentang jajanan sehat anak di Ranch Market Kemang, Sabtu 18 Juni 2011.
Ia menjelaskan dua pewarna yang dilarang dan sering digunakan adalah Rhodamin dan Metanil Yellow. Selain itu, banyak jajanan mengandung zat makanan yang tidak sehat, tidak higienis, dan berisi bahan-bahan kimia berbahaya. Hasil penelitian di Bogor yang dilakukan badan ini menyimpulkan 48 persen makanan mengandung bahan yang tidak sehat.
Selain kerupuk berwarna, Kustantinah juga mencontohkan makanan lain, seperti bakmi kuning basah berpengawet, bakso, atau kerupuk gendar yang mengandung borax. Ada pula sirup dengan warna pink menyala atau hijau pucat yang mengandung pewarna tidak aman atau pemanis buatan. Banyak pula makanan atau jajanan di sekitar anak-anak yang mengandung mikroba atau dihinggapi lalat saat diproses atau disajikan.
Selain kerupuk berwarna, Kustantinah juga mencontohkan makanan lain, seperti bakmi kuning basah berpengawet, bakso, atau kerupuk gendar yang mengandung borax. Ada pula sirup dengan warna pink menyala atau hijau pucat yang mengandung pewarna tidak aman atau pemanis buatan. Banyak pula makanan atau jajanan di sekitar anak-anak yang mengandung mikroba atau dihinggapi lalat saat diproses atau disajikan.
Oleh karena itu, dia pun meminta agar orang tua mengarahkan anaknya untuk tidak membeli makanan atau jajanan yang belum terjamin kesehatannya. Seperti tidak membeli makanan yang berwarna mencolok, terbuka, dan terpapar debu, asap kendaraan, atau lalat atau terpapar zat kimia lain. “Jangan pula membeli makanan yang dibungkus koran, kertas bekas, dan mengandung timbal yang bahaya,” ujarnya.
Ahli gizi klinis dari Universitas Indonesia, Dr Saptawati Bardosono, SpGK, juga mengingatkan orang tua untuk memberikan makanan atau jajanan yang sehat. Terutama rendah kalori, rendah lemak, rendah garam, tinggi serat, dan tidak berpengawet. “Hindari yang padat kalori seperti burger, perbanyak kacang-kacangan, buah-buahan, atau sayur,” ujar Saptawati.
Anak-anak, ia melanjutkan, membutuhkan asupan makanan utama tiga kali sehari dan dua kali jajanan. Kendati demikian, orang tua harus memberikan secara seimbang, sering tapi dalam porsi kecil. “Sebaiknya juga hindari makan sambil nonton televisi dan baca buku,” ujarnya. Ketua ahli gizi ini juga mengingatkan agar para orang tua memperhatikan asupan makanan dan aktivitas fisik anak supaya terhindar dari kegemukan karena kegemukan juga berpotensi mengundang penyakit.
Dari penelitian di SD di Jakarta, kegemukan atau obesitas sudah mencapai 20 persen. Kegemukan ini juga berhubungan dengan tingginya angka kerusakan gigi akibat tingginya asupan gula. Angkanya mencapai 80 persen.
http://www.tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2011/06/20/brk,20110620-341899,id.html