TEMPO Interaktif, Berkeley - Ilmuwan mendeteksi cahaya misterius yang mendadak muncul dari langit. Diperkirakan cahaya ini berasal dari ledakan besar akibat lubang hitam raksasa menelan sebuah bintang.
Pada 24 Maret 2011, Satelit Swift milik badan administrasi antariksa Amerika Serikat (NASA) tengah mensurvei langit saat cahaya terang mendadak muncul dari sebuah daerah sunyi di langit.
Pada 24 Maret 2011, Satelit Swift milik badan administrasi antariksa Amerika Serikat (NASA) tengah mensurvei langit saat cahaya terang mendadak muncul dari sebuah daerah sunyi di langit.
Awalnya, peneliti menduga cahaya terang ini sebagai ledakan biasa hasil tabrakan bintang yang berlangsung singkat. Namun ledakan ini menjadi ganjil karena tidak kunjung meredup hingga beberapa bulan kemudian. Ilmuwan meyakini cahaya misterius ini sebagai misteri baru.
"Peristiwa ini amat-sangat langka," ujar peneliti astronomi dari University of California, Joshua Bloom. "Cahaya terang ini terus bertahan selama dua setengah bulan."
Pencarian posisi menunjukkan cahaya ini berasal dari konstelasi Draco. Obyek yang menghasilkan cahaya ini adalah sebuah galaksi yang berada sejauh 4 miliar tahun cahaya dari bumi.
Pusat ledakan yang berada di tengah galaksi membuat ilmuwan mengemukakan penjelasan baru atas kejadian ini. Diduga lubang hitam masif yang berada di pusat galaksi mencabik-cabik bintang yang berada di dekatnya.
"Peristiwa ini amat-sangat langka," ujar peneliti astronomi dari University of California, Joshua Bloom. "Cahaya terang ini terus bertahan selama dua setengah bulan."
Pencarian posisi menunjukkan cahaya ini berasal dari konstelasi Draco. Obyek yang menghasilkan cahaya ini adalah sebuah galaksi yang berada sejauh 4 miliar tahun cahaya dari bumi.
Pusat ledakan yang berada di tengah galaksi membuat ilmuwan mengemukakan penjelasan baru atas kejadian ini. Diduga lubang hitam masif yang berada di pusat galaksi mencabik-cabik bintang yang berada di dekatnya.
Cabikan ini menghancurkan bintang dan seluruh sisa materi mengalir ke dalam lubang hitam. Aliran materi yang ditelan lubang hitam menghasilkan energi termasuk cahaya. "Sebagian besar energi ledakan mengarah ke bumi," jelas Bloom.
Meski mengarah ke bumi, ledakan ini sama sekali tidak berbahaya bagi manusia. Energi ledakan terus menurun selama menempuh perjalanan sejauh 4 miliar tahun cahaya. Saat sampai di bumi, energi tersebut melemah sehingga bisa ditahan oleh atmosfer bumi.
Peneliti juga mampu menaksir ukuran benda langit yang terlibat dalam peristiwa ini. Menurut Bloom, bintang nahas ini berukuran sama dengan matahari. Sementara lubang hitam masif berukuran jutaan kali massa matahari.
Meski mengarah ke bumi, ledakan ini sama sekali tidak berbahaya bagi manusia. Energi ledakan terus menurun selama menempuh perjalanan sejauh 4 miliar tahun cahaya. Saat sampai di bumi, energi tersebut melemah sehingga bisa ditahan oleh atmosfer bumi.
Peneliti juga mampu menaksir ukuran benda langit yang terlibat dalam peristiwa ini. Menurut Bloom, bintang nahas ini berukuran sama dengan matahari. Sementara lubang hitam masif berukuran jutaan kali massa matahari.
Biasanya, lanjut dia, lubang hitam masif tak menelan bintang lain didekatnya melainkan hanya memutarnya pada kecepatan tinggi. Ledakan kali ini diperkirakan terjadi setiap 100 juta tahun sekali.
http://www.tempointeraktif.com/hg/sains/2011/06/20/brk,20110620-342005,id.html